Tak pernah sebelumnya terlintas dalam benakku bahwa kehidupanku berubah 360 derajad dari sebelumnya. Karena dengan kehidupan baruku itu aku merasa mendapatkan semua yang tidak pernah ku dapat sebelumnya. Semua seakan mudah bagiku. Di organisasi aku termasuk anggota yang tergolong aktif dan berpengaruh sedangkan di akademik aku bisa digolongkan menjadi
salah satu siswa berprestasi. Ayah dan bundaku percaya padaku bahwa aku bisa menghadapi gelombang dengan arah yang sangat berlawanan denganku. Semangatku semakin menggebu-gebu untuk terus berusaha lebih dan lebih. Sampai akhirnya aku terlena oleh semua itu. Aku memang unggul disana dan aku merasa lebih dari semua teman-temanku. Aku selalu menganggap remeh mereka, memandang sebelah mata tepatnya. Bisa kubayangkan betapa mereka begitu kesal terhadap sikapku yang sok dan menyebalkan itu. Aku tahu mereka begitu sebal padaku, tapi aku bersikap
tak acuh pada mereka. Karena kesombongan itu aku tak pernah berpikir, ya, mungkin aku unggul di sekolah lamaku tapi bagaimana di tempat lain? Aku memang diperhatikan di sekolah lamaku tapi bagaimana di tempat lain? Dan pada akhirnya aku ditegur oleh Allah. Orangtuaku berencana memindahkan aku ke sekolah lain dengan alasan kualitas sekolah lebih baik dari sekolahku sebelumnya dan sebagainya. Aku paham dan sangat mengerti tujuan mereka untuk memberikanku yang terbaik. Setelah kudengar rencana itu, aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin mereka kecewa. Tapi di lain sisi aku tahu itu akan sangat sulit bagiku. Sampai pada keputusan pada tengah semesterku, bahwa aku akan benar-benar dimutasi-pergi di semester akhirku di sekolah dimana aku cukup sulit mengadaptasikan diriku dengan keadaan disana. Puzzle kehidupanku nomor satu adalah aku takkan bisa menjadi yang terbaik dari yang terbaik jika aku terus menganggap tidak ada langit di atas langit. Artinya kesombonganku pada akhirnya akan memakanku sendiri. Ya, aku kecewa, bukan pada keputusan kedua orangtuaku untuk memindahkanku ke sekolah lain tapi pada diriku sendiri, karena aku lebih memilih bungkam dan tidak berani mengemukakan apa yang ada dibenakku. Karena aku begitu pengecut. Hatiku hancur setiap kali aku membayangkan bahwa aku akan kehilangan mereka semua. Aku tidak ingin pindah, aku suka kehidupanku disekolahku yang lama. Aku mulai merasa nyaman disana karena aku punya keluarga baru disana. Aku punya banyak kenangan singkat disana dan tak ingin melupakan sedetikpun kenangan disana.salah satu siswa berprestasi. Ayah dan bundaku percaya padaku bahwa aku bisa menghadapi gelombang dengan arah yang sangat berlawanan denganku. Semangatku semakin menggebu-gebu untuk terus berusaha lebih dan lebih. Sampai akhirnya aku terlena oleh semua itu. Aku memang unggul disana dan aku merasa lebih dari semua teman-temanku. Aku selalu menganggap remeh mereka, memandang sebelah mata tepatnya. Bisa kubayangkan betapa mereka begitu kesal terhadap sikapku yang sok dan menyebalkan itu. Aku tahu mereka begitu sebal padaku, tapi aku bersikap
to be continue
the source of picture :
apa'an ne,..?????:D
BalasHapuscerita bersambungku makasih udah comment
Hapus